Sore itu Windi membawakan snack produksi Milo yang tidak pernah kami temui selama kami tinggal di Indonesia. Snack itu semacam oreo dimana terdapat lapisan coklat yang dibalut oleh 2 (dua) biskuit bulat, namun tentunya buatan Milo.
Yang menarik perhatian saya justru bukan rasanya. Kalau dari rasanya menurut saya biasa saja . *)
bisa jadi target penjualannya bukan untuk konsumen seusia saya ya,
mungkin jika anak-anak yang mencicipinya akan mendapatkan sensasi yang
dasyat,
Oke, kembali ke topik, yang menarik
perhatian saya adalah bungkus snack itu. Dari sisi warna tentu tidak
jauh-jauh dari warna kebangsaan Milo yakni hijau. Namun yang berbeda
adalah model yang dipakai. Info dari Windi, snack ini didapatkan dari
Singapura, namun saya heran kenapa kok model yang dipakai adalah seorang
pria Afro yang sedang berlari layaknya pelari yang memasuki garis
finis.
Apakah di Singapura ada banyak Afro?
Sepertinya tidak, namun kenapa modelnya Afro?
Langsung saya coba melihat-lihat informasi yang ada di bungkus snack tsb.
Ternyata,
yang saya temukan, snack tsb dibuat di Kolombia, dan didistribusikan ke
negara Trinidad & Tobago serta Jamaica yang notabene memiliki
mayoritas penduduk Afro.
Masuk
akal bagi saya, kenapa yang dipilih adalah model Afro. Mungkin jika
produk itu dipasarkan di Indonesia, khususnya di Jogja tempat di mana
saya tinggal, modelnya pasti anak-anak berkulit kecoklatan yang sedang
berlari mengejar layang-layang yang putus setelah terlibat duel dengan
layang-layang lain...hehehe
Setiap produk yang
dipasarkan tentu memiliki strategi marketing yang telah matang, dan
salah satu strategi itu adalah produk haruslah dekat dengan masyarakat.
Inilah salah satu strategi yang tampak dari snack Milo tadi, dan ini
bukan tentang etnis lho ya, murni strategi pemasaran, murni tentang
segmentasi calon pembeli. Sebagai konsumen, kita juga akan lebih
percaya, lebih tertarik untuk membeli jika produk yang ditawarkan itu
dekat atau memiliki kesamaan dengan kita kan?
Kemudian muncuk pertanyaan lagi, kenapa snack itu bisa sampai di Singapura ya?
Dan apakah akan laku Milo ini mengingat tidak banyak penduduk Singapura keturunan Afro kan?
Kemudian muncuk pertanyaan lagi, kenapa snack itu bisa sampai di Singapura ya?
Dan apakah akan laku Milo ini mengingat tidak banyak penduduk Singapura keturunan Afro kan?
Comments
Post a Comment