Bersih-bersih rumah jadi satu agenda kami kala itu. Ada harta karun miliki Bapak Mertua yang saya temukan. Kaset-kaset lawas menumpuk dan beberapa berdebu, coba saya bersihkan dan tata dalam
kotak-kotak. Baru tahu ternyata Bapak Mertua pendengar musik-musik macam Deep Purple,
Led Zepplepin, Pink Floyd, Queen, Scorpion, dan tak ketinggalan koleksi wajib dari The Beatles donk bro. Mantap Pak seleramu!!!!
Walau sudah tergerus era digital, namun kaset masih menjadi daya tarik bagi beberapa orang. Selain piringan hitam ya, yang saat ini mulai diproduksi ulang oleh beberapa band. Tidak hanya piringan hitam-nya, pemutarnya pun juga diproduksi ulang.
Ada daya tarik tersendiri akan kaset. Selain bentuknya yang klasik, kaset cenderung mudah disimpan dan ditata. Ada kenangan jaman dulu juga dengan kaset, saat memutar untuk mengulangi lagu yang disuka dengan memasukkan pensil di lubangnya dan putar sampai ketemu lagunya.
Kalau jaman sekarang sepertinya tidak laku ya bikin kaya gitu, para
konsumen musik bisa beli satu lagu saja dari musisi yang dicarinya. Karena
terkadang dari satu album yang dibuat oleh seorang penyanyi / band, hanya ada
beberapa lagu saja yang kita suka.
*) maka dulu muncul
album-album kompilasi untuk para konsumen musik tipe seperti ini.
Lanjut dengan kaset album “IMAGINE”. Dengan cover depan layaknya helm perang, namun dengan warna cute pink,
agak bertolak belakang ya. Album ini diawali dengan lagu sesuai judul albumnya, Imagine dari John Lennon (JL) dan diakhiri dengan alunan Killing Me Softly With His Song-nya Roberta Flack.
Mendengar lagu Imagine, jadi ingat pernah dengar kotbah dari
seorang pendeta. Ia menyampaikan pandangannya kalau lagu ini tidak benar, karena kita diminta
membayangkan bagaimana jika tidak ada religion atau agama. Menurut dia, JL
mengajarkan hal yang sesat dan sesat ini asalnya dari setan dan menganggap penciptanya tidak percaya akan Tuhan. Mungkin ada
beberapa kali saya tidak setuju dengan apa yang disampaikan pendeta dalam
kotbahnya ya, tapi ini adalah ketidaksetujuan yang paling saya ingat.
Banyak orang meyakini jika JL itu ateis, namun dalam interview dengan sebuah
majalah, JL mengatakan bahwa seluruh personel The Beatles lebih condong ke
agnostik daripada ateis. Ada beberapa definisi agnostik, namun menurut saya
yang dimaksud JL yaitu bahwa ia tidak tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak,
karena kemampuan manusia tidak cukup mampu untuk membuktikannya.
1971
Tahun saat lagu ini dirilis, ada beberapa perang yang berkecamuk di belahan bumi.
Perang Vietnam masih berlangsung saat itu, lalu ada perang India – Pakistan.
Jika kita hidup di tahun itu, rasanya lagu ini sangatlah sesuai untuk peristiwa
kala itu. Adanya perang & perpecahan yang membuat tidak adanya kedamaian di
dunia.
Jika ikut ber-Imagine tidak ada Negara, pasti tidak ada perang antara India
dan Pakistan, karena tidak akan ada yang namanya Negara India & Negara
Pakistan. Dan jika ditarik ke belakang lagi kenapa ada Negara India &
Pakistan? Karena dulu terdapat rencana pemisahan negara berdasarkan
kepercayaan penduduknya. Negara India akan berisi penduduk Hindu, sedangkan
Negara Pakistan akan diisi penduduk Muslim. Namun ternyata pemisahan tsb tidak
berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan muncullah konflik tak berkesudahan. Lalu bayangkan lagi, bagaimana jika
tidak ada agama? Tentu tidak perlu ada pemisahan berdasarkan
agama yang memicu perang kedua
negara ini bukan?
Menurut
berita dari laman CNN, sampai dengan tahun 2016, korban jiwa akibat konflik dua
negara ini mencapai 47 ribu orang.
Untuk penutup, berikut cuplikan percakapan antara JL dan Dave Sholin & Laurie Kaye dari tabloid Rolling
Stone.
dikutip dari
https://www.quora.com/What-were-the-religious-beliefs-of-John-lennon
JL : Imagine is
the same thing, you hit it right on the head. It’s, ‘just imagine if there were
no countries.’ Not, ‘no places where we each had our little spot’. But,
imagine… there was a time, you know, when you didn’t have to have a passport to
go from country to country.
What kind of world are we create… really! It used to be you go around! You
know? What is this game that you can’t get… that somehow this is America and
then just across the… the field is Canada and you have to have all kinds of
papers and pictures and stamps and passports and… ya’ know, I mean, when you
think about it it’s insane! It’s insane, carving up the world into little
patches like that. We’re all different.
DS : There will
always be the Idi Amins and the Ayatollahs and whoever that kind of make that
very difficult at some…
JL : But, well, I don’t know my history well
enough to know how people got on in the past, you know? But when Marco Polo
went to visit the Chinese no doubt it was risky leavin’ Rome. And goin’ through
all those countries. And when Crusaders left – not as a mass army – but just as
peasants getting’ up and trickling off across, they must have gone through… and
of course, you’re gonna come across some…
Maybe there’s always gonna be nuts, I don’t know. But still, the concept of
imagining no countries, imagining no religion – not imagining no God, although
you’re entitled to do that, too, you know?
Imagine no
denominations. Imagining that we revere Jesus Christ, Mohammed, Krishna,
Melanippe, equally – we don’t have to workship either one that we don’t have
to, but imagine there’s no Catholic/Protestant. No Jew/Christian. That we allow
all… we allow it all – freedom of religion for real, I mean. For real. Just imagine
it? Would it be terrible?
Comments
Post a Comment